Rabu, 27 Maret 2013
“JATUH CINTA DIAM-DIAM”
Orang yang jatuh cinta diam-diam
tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir.
tahu dengan detail semua informasi orang yang dia taksir.
Orang yang jatuh cinta diam-diam
pasti akan selalu bertingkah seperti penguntit.
Dan hampir semua orang yang jatuh cinta diam-diam
pernah menelpon orang yang ditaksir
dan langsung menutup telponnya kembali.
pasti akan selalu bertingkah seperti penguntit.
Dan hampir semua orang yang jatuh cinta diam-diam
pernah menelpon orang yang ditaksir
dan langsung menutup telponnya kembali.
Orang yang jatuh cinta diam-diam
pada akhirnya selalu melamun dengan tidak pasti,
memandang waktu yang berjalan dengan sangat cepat
dan menyesali semua perbuatan yang tidak mereka lakukan dulu.
pada akhirnya selalu melamun dengan tidak pasti,
memandang waktu yang berjalan dengan sangat cepat
dan menyesali semua perbuatan yang tidak mereka lakukan dulu.
Orang yang jatuh cinta diam-diam
harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan.
Dan pada akhirnya Orang yang jatuh cinta diam-diam
hanya bisa mendoakan, ya hanya bisa mendoakan
setelah lelah berharap, pengharapan yang ada sejak dulu
yang tumbuh dari kecil, hingga makin lama makin besar
lalu semakin lama semakin menjauh.
harus bisa melanjutkan hidupnya dalam keheningan.
Dan pada akhirnya Orang yang jatuh cinta diam-diam
hanya bisa mendoakan, ya hanya bisa mendoakan
setelah lelah berharap, pengharapan yang ada sejak dulu
yang tumbuh dari kecil, hingga makin lama makin besar
lalu semakin lama semakin menjauh.
Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya
menerima
Dan Orang yang jatuh cinta diam-diam
paham bahwa kenyataan berbeda dengan apa yang kita inginkan
terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan
dan sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan,
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa,
seperti yang mereka selalu lakukan yaitu
JATUH CINTA SENDIRIAN.
Dan Orang yang jatuh cinta diam-diam
paham bahwa kenyataan berbeda dengan apa yang kita inginkan
terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya butuhkan
dan sebenarnya yang kita butuhkan hanyalah merelakan,
Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa,
seperti yang mereka selalu lakukan yaitu
JATUH CINTA SENDIRIAN.
Analisis Fabel Kisah Semut dan Kepompong
FABEL
“KISAH SEMUT DAN KEPOMPONG”
Tugas Makalah Ini Dibuat Untuk
Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah
Kajian Cerita Anak
Dosen : Novi Diah Haryati S.S, M.Hum
Kajian Cerita Anak
Dosen : Novi Diah Haryati S.S, M.Hum
Disusun Oleh
Mala
Nopita Sari
(2011070012)
(2011070012)
FAKULTAS
SASTRA
JURUSAN
SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS
PAMULANG
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang alhamdulillah tepat pada
waktunya makalah Kajian Cerita Anak ini cerpen yang berjudul
“Payung”.
KATA PENGANTAR....................................................................................... i
DAFTAR ISI...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C.
Sinopsis....................................................................................... .. 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Unsur-unsur Intrinsik.................................................................. 3
1.
Tema..................................................................................... .. 3
2.
Alur...................................................................................... .. 4
3.
Latar........................................................................................ 5
4.
Tokoh...................................................................................... 8
5.
Sudut Pandang....................................................................... 11
6.
Gaya Bahasa........................................................................... 12
7.
Amanat................................................................................... 12
BAB III PENUTUP
A.
Simpulan..................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................ 14
BAB
I
Cerpen
atau keanjangannya cerita pendek adalah sebuah karangan yang menceritakan
tentang suatu alur cerita yang memiliki tokoh cerita dan situasi cerita
terbatas. Sebuah cerpen biasanya akan langsung mengarah ke topik utama cerita
karena memang alur ceritanya hanya sekali dan langsung tamat. Cerpen bisa
dikatakan sebagai cerita yang sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah
sampai dua jam. Sebuah cerpen merupakan prosa fiksi dengan jumlah kata berkisar
antara 750-10.000 kata. Berdasarkan teknik
cerpenis dalam mengolah unsur-unsur intrinsiknya cerpen dapat dibedakan menjadi
2 tipe, yakni.
Ø
Cerpen
sempurna (well made short-story), cerpen yang terfokus pada satu tema dengan
plot yang sangat jelas, dan ending yang mudah dipahami. Cerpen jenis ini pada
umumnya bersifat konvensional dan berdasar pada realitas (fakta). Cerpen jenis
ini biasanya enak dibaca dan mudah dipahami isinya.
Ø Cerpen tak utuh (slice of life
short-story), cerpen yang tidak terfokus pada satu tema (temanya
terpencar-pencar), plot (alurnya) tidak terstruktur, dan kadang-kadang dibuat
mengambang oleh cerpenisnya. Cerpen jenis ini pada umumnya bersifat
kontemporer, dan ditulis berdasarkan ide-ide atau gagasan-gagasan yang orisinal.
Cerpen jenis ini sulit sekali dipahami oleh para pembaca awam sastra, harus
dibaca berulang kali baru dapat dipahami sebagaimana mestinya. Para pembaca
awam sastra menyebutnya cerpen kental atau cerpen berat.
Cerpen
payung ini masuk ke dalam cerpen sempurna, dikarenakan cerpen payung ini mudah
dimengerti dan juga merupakan fakta dalam kehidupan sehari-hari. Cerpen payung
ini merupakan kumpulan-kumpulan cerpen yang terdapat dalam koran kompas. Cerpen
payung ini juga merupakan cerpen terbaik pada tahun 2010.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana
sinopsis dalam cerpen Payung ?
2) Bagaimana
unsur-unsur intrinsik dalam cerpen Payung
?
C. Sinopsis
Dalam
cerpen Payung ini yang merupakan
cerpen kumpulan dari koran kompas menceritakan tentang kehidupan seorang gadis
cilik yang bernama Dian yang bekerja sebagai pengojek payung. Dian anak yang
bekerja keras dan juga sayang terhadap adiknya, setiap ia bekerja ia selalu
ingin membawakan makanan hasil ngojeknya kepada adiknya, seperti membawakan
biskuit dan juga susu strawberi. Dian juga merupakan anak yang periang. Dian
selalu membayangkan bagaimana dia mendapatkan pundi-pundi uang yang banyak
dalam mengojek payung. Rencana dalam bayangannya Dian akan memperluas ojek
payungnya dengan cara menyewakan payung-payung miliknya kepada teman-temannya
dan teman-temannya menyetorkan uang setoran kepada Dian.
Dian juga selalu
memikirkan hal-hal yang lucu, seperti Dian ingin jika dia sudah membentuk
pangkalan ojek payung miliknya para anak buahnya Satrio, Upit, Karyono, Agus,
Cakri harus bersumpah di atas Al-Qur’an seperti pelantikan para pejabat dan
sebaliknya. Ia juga meminjam peci hitam bapaknya supaya sumpah itu terasa
resmi.
Dian memang baru
dua kali bekerja mengojek payung, pada hari pertama dia mengojek payung uang
yang dihasilkan Dian lumayan yaitu sebesar tiga belas ribu rupiah. Tetapi pada
hari kedua Dian tidak mendapatkan keuntungan sama sekali melainkan Dian harus
mendapatkan nasib buruk setelah bertemu dengan Markun. Markun adalah salah satu
pengojek payung yang juga bekerja di halte busway. Markun itu orang yang sangat
menyebalkan bagi Dian, Markun selalu mengambil pelanggan-pelanggan setia Dian
dan juga Markun sering merampas payung Dian dengan seenaknya.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Unsur-unsur Intrinsik
Unsur
Intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir sebagai karya sastra,
unsur-unsur yang secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.
Unsur intrinsik pada sebuah cerpen adalah unsur-unsur yang secara langsung
turut serta dalam membuat cerita. Kepaduan antar berbagai unsur intrinsik
inilah yang membuat sebuah cerpen dan novel berwujud. Atau sebaliknya, jika
dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan dijumpai
jika kita membaca sebuah novel.
Unsur
yang dimaksud untuk menyebutkan sebagian saja, misalnya cerita, peristiwa,
plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya
bahasa, dan lain-lain.[1]
Berikut unsur-unsur intrinsik dalam
1.
Tema
Tema
dalam sebuah karya sastra, fiksi hanyalah merupakan salah satu dari sejumlah
unsur pembangunan cerita yang lain, yang secara bersama membentuk sebuah
kemenyeluruhan. Tema juga menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema
pun bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu dari awal sampai akhir.
Tema dalam cerpen
“Payung” ini adalah impian gadis
kecil si pengojek payung (Dian selalu membayangkan bahwa dia selalu ingin
mendapatkan uang banyak untuk menghidupi keluarganya dan Dian selalu ingin
memperluas ojek payungnya dengan membeli banyak payung untuk nantinya digunakan
temanya dan hasil uangnya disetorkan kepadanya).
2.
Alur
Alur
atau plot adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahap-tahap peristiwa
sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu
cerita.[2] Plot
juga bisa diartikan sebagai cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap
kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu
disebabkan atau menyababkan terjadinya peristiwa yang lain. Di dalam sebuah
cerita terdapat peristiwa-peristiwa penting dan juga peristiwa tidak penting
namun diantara keduanya saling melengkapi untuk menjadikan kisah itu menarik.
Berikut adalah diagram struktur plot :
a) Tahap
Awal
Tahapan awal
merupakan tahap perkenalan atau berisi sejumlah informasi penting seperti
penunjukan dan pengenalan latar, seperti nama tempat, suasana alam waktu
kejadiannya dan juga deskripsi fisik perwatakan. Dalam tahapan ini tokoh Dian
adalah seorang pengojek payung yang memang baru hari kedua dia mengalami
menjadi ojek payung. Hari pertama Dian mengojek payung ia menghasilkan uang
sebanyak tiga belas ribu rupiah dalam waktu dua jam, tetapi pada hari kedua
nasibnya tidak semujur pada hari pertama Dian mengojek payung dikarenakan Dian
harus bersaing dengan Markun yang memang Markun ini selalu merebut pelanggan
setia ojek payung Dian.
b) Tahap
Tangah
Tahap tengah
adalah tahap dimana menampilkan pertentangan atau konflik, peristiwa-peristiwa
penting mulai dikisahkan dan konflik berkembang semakin runcing. Tahap tengah
ini konflik terjadi disaat Markun bukan sekedar merebut pelanggan Dian tetapi
Markun pun merampas payung milik Dian dengan paksa sampai-sampai Dian didorong
dan payung terlepas dari tangan Dian, punggung Dian terhempas ke tembok dan dia
merasakan kesakitan. Markun memang berjanji mengembalikan payung itu malam hari
tetapi Dian tidak yakin bahwa Markun akan mengembalikan payung itu secara utuh.
c) Tahap
Akhir
Berisi
bagaimana kesudahan cerita atau menyaran tentang bagaimanakah akhir sebuah
cerita. Tahap akhir ini menggambarkan kesedihan Dian yang payungnya sudah
dirampas oleh Markun. Dian tidak bisa berbuat apa-apa selain menangis di bawah
derasana air hujan dan menahan rasa perih pada kakinya akibat sendal jepitnya
putus akibat ulah Markun. Dian kembali sedih disaat dia mengingat kembali
bayangan-bayangan mengenai perluasan usaha ojek payugnya dan juga menginggat
kembali tentang Dion yang ingin ia belikan biskuit dan susu rasa strawberi,
semua bayanganya itu buyar akibat perbuatan Markun.
3.
|
Latar
atau setting yang disebut juga sebagai
landas tumpu menyarankan pada pengertian tempat, hubungan waktu dan lingkungan
sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan. Latar adalah
waktu dan tempat terjadinya lakuan di dalam karya sastra.[3] Setting
merupakan sesuatu yang membantu kejelasan jalan cerita. Setting ini meliputi
waktu, tempat, sosial dan budaya. Latar juga memberikan pijakan cerita secara
konkret dan jelas. Hal ini penting untuk memberikan kesan realistis kepada
pembaca. Menciptakan suasana tertentu yang seolah-olah ada dan terjadi.
Unsur
Latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, yaitu tempat, waktu dan
suasana. Ketiga unsur itu walau masing-masing menawarkan permasalahan yang
berbeda dan dapat dibicarakan secara sendiri, pada kenyataannya saling
berkaitan dan saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya.
a)
Latar
Tempat
Latar tempat
menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya
fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama
tertentu, inisial tertentu, dan mungkin lokasi tertentu tanpa nama jelas.
· Jakarta
“Hatinya
senang melihat awan hitam bergulung di langit Jakarta sore itu”.
· Rumah
“Dian
berjalan mengendap-gendap melangkahi tubuh Mak dan Dion yang sedang tidur pulas, melintang di atas kasur
di tengah rumah”.
“Jika
Tuhan mau berada di sini, apalagi di rumah megah yang di lihatnya di televisi
semalam”.
“Seperti
bapak, ia juga ingin membawa pulang sejumlah uang ke rumah”.
“Payung
itu ditemukan Bapak seminggu yang lalu di bak sampah milik sebuah rumah besar
di kompleks perumahan”.
· Pasar
“Ia
sudah menyurvei harga payung di beberapa toko di pasar”.
· Warung
“Dian
ingin membeli jas hujan kecil yang dijual di warung”.
· Rumah Sakit
“Payung-payung
Dian akan beredar di beberapa Halte, Rumah Sakit, dan Ruko-ruko melalui kelima
temannya itu”.
· Gedung-gedung tinggi
“Sekarang
adalah waktunya para karyawan yang bekerja di gedung-gedung tinggi itu pulang
kerja”.
· Halte Bus dan Pangkalan
Taksi
“Mereka
yang tidak mendapat tumpangan kendalaan akan membutuhkan payungnya untuk menuju
halte bus atau pangkalan taksi”.
b)
Latar
Waktu
Latar waktu
berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
· Sore
“Hatinya
senang melihat awan hitam bergulung di langit Jakarta sore itu”.
· Seminggu
“Payung
itu ditemukan Bapak seminggu yang lalu di bak sampah milik sebuah rumah besar
di kompleks perumahan”.
“Pengalaman
pertamanya sebagai pengojek payung seminggu yang lalu menghasilkan tiga belas
ribu rupiah”.
· Malam
“Pinjam.
Jangan pelit. Nanti malam gua balikin.”
c)
Latar
Suasana
Latar suasana
menceritakan bagaimana kondisi tokoh atau sekita kejadian yang terdapat di
dalam sebuah cerita.
· Senang
“Wajahnya
kembali gembira karena membayangkan lembaran-lembaran rupiah di kantong
celananya.”
“Hatinya
senang melihat awan hitam bergulung di langit Jakarta sore itu”.
“Dian tidak dapat menahan senyum saat membayangkan teman-temannya menyetor hasil ojek payung.”
“Dian tidak dapat menahan senyum saat membayangkan teman-temannya menyetor hasil ojek payung.”
· Takut
“Terdengar
gemuruh guntur berkepanjangan di kejauhan”.
“Kilat
menyambar-nyambar. Guntur menggelegar di langit yang makin menghitam. Seorang
gadis di tepi jalan menjerit sambil menutup telinganya. Terkejut oleh suara
guntur, sekaligus karena Dian yang berlari seperti kesetanan dan hampir
menabraknya.”
“Markun
meelotot galak pada Dian. Sengaja dadanya dibusungkan, menggertak. Dian memeluk
payung besarnya erat-erat. Bola matanya melirik ke kiri dan ke kanan.
· Sedih
“Matanya
mendadak panas oleh desakan air mata yang siap-siap tercurah.”
“Tetesan
air hujan pertama jatuh di kening Dian, diikuti tetesan lain yang semakin
banyak. Air tumpah ruah dari langit menyamarkan air mata yang juga mengucur
deras. Pandangan Dian menjadi kabur. Semangatnya mendadak runtuh.”
· Marah
“Bangsaaat....at!”
lidahnya yang kelu tiba-tiba lantang memaki.”
4.
Tokoh
Tokoh
adalah orang yang memainkan peran dalam karya sastra dan penokohan adalah
proses penampilan tokoh dengan pemberi watak, sifat atau kebiasaan tokoh suatu
cerita.[4]
Penokohan juga dapat diartikan sebagai gambaran yang jelas tentang seseorang
yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Peranan dan fungsi tokoh menurut teori
umum tentang novel, cerpen, dan drama sangat penting untuk memahami seluk beluk
novel, cerpen dan drama tersebut.[5]
Penokohan
mancakup masalah siapa tokoh cerita, bagaimana perwatakannya, bagaimana
penempatan dan pelukisannya dalam sebuah cerita sehingga sanggup memberikan
gambaran yang jelas kepada pembaca. Tokoh utama yang terdapat dalam cerpen “Payung” adalah:
· Dian
Dalam cerpen “Payung” ini tokoh Dian digambarkan
sebagai gadis perempuan kecil yang bekerja sebagai ojek payung. Dalam
kehidupannya Dian selalu membayangkan pundi-pundi uang yang di dapat selama dia
ojek payung. Dian memang sosok gadis kecil yang bekerja keras demi keluarganya.
Dian juga sosok yang selalu membayangkan hal-hal yang lucu seperti, Dian ingin
jika dia sudah membentuk pangkalan ojek payung miliknya para anak buahnya
seperti Satrio, Upit, Karyono, Agus, Cakri harus bersumpah di atas Al-Qur’an
seperti pelantikan para pejabat dan sebaliknya. Ia juga meminjam peci hitam
bapaknya supaya sumpah itu terasa resmi.
· Markun
Dalam cerpen “Payung” ini tokoh Markun digambarkan
sebagai tokoh antagonis yang selalu mengganggu Dian setiap kali mereka bekerja
ojek payung. Markun selalu mengeluarkan kata-kata kotor kepada Dian. Markun
juga selalu merampas payung Dian dan mengambil keuntungan sendiri tanpa
mempedulikan Dian yang dari pagi belum mengojek payung. Bukan hanya merampas
payung Dian, Markun pun juga sering merebut pelanggan Dian dengan seenaknya.
· Bapak
Bapak
Dian adalah seorang kepala keluarga dan bekerja sebagai pemulung sampah di
kompleks perumahan. “Payung itu ditemukan
Bapak seminggu yang lalu di bak sampah milik sebuah rumah besar di kompleks
perumahan tempat Bapak biasa memulung sampah.”
· Mak
Mak adalah ibu
dari Dian dan Dion. Dalam cerpen “Payung”
ini tokoh Mak tidak banyak di gambarkan. Mak hanyalah seorang Ibu rumah
tangga yang selalu menjaga adiknya Dion di rumah. “Kebetulan ada Mak yang menjaga Diyon di rumah.”
· Dion
Dion adalah adik
dari Dian. Dion pun tidak terlalu banyak di gambarkan dalam cerpen “Payung”
ini. Menurut Dian, Dion sangat menyukai biskuit seperti yang terdapat pada
iklan diputar-dijilat-dicelupin. Dion juga sangat menyukai susu rasa strawberi.
Tokoh tambahan:
· Bang Joni
Seorang penjual
buah dingin yang memiliki sifat galak dan suka marah-marah. Bang Joni juga
memaksa Dian untuk menjual payung padanya “Jual
aja payung kau itu. Buat ganti payung gerobakku ini.” Payung itu terlalu besar
buat kau. Lebih besar payung itu daripada badan kau yang macam ikan asin itu.”
· Bang Ayub
Seorang
penjahit. Bang Ayub adalah tetangga rumah Dian, bang Ayub membantu Dian dalam
menjahit payungnya yang sudah sobek dan ongkos jahitnya itu gratis.
· Pak Ustad
Pak ustad adalah
guru ngaji Dian. Dian sempat bertanya kepada pak ustad. ”Di
mana Allah itu, Bapak Ustad?” Pak Ustad mengelus kepala Dian, menatap lekat
bola matanya, sambil menjawab, ”Allah atau Tuhan ada di mana-mana, Nak. Di
mana-mana…,” Saat itu Dian manggut-manggut. Tapi, sejujurnya, dia tetap tak
mengerti.
· Joko, Bono dan Ipung
Mereka adalah
teman-teman Dian sesama pengojek payung. Mereka bertiga selalu bekerja dengan
giat disaat hujan turun. Jono, Bono dan Ipung tidak seperti Markun yang merebut
pelanggan Dian seenaknya.
· Satrio, Upit, Karyono,
Agus, Cakri
Mereka berlima
adalah teman Dian yang lain. Tetapi mereka hanyalah teman yang berada dalam
gambaran dan imajinasi Dian, dimana dalam bayangan Dian mereka semua menjadi
anak buah Dian dalam mengojek payung. Tetapi Cakri digambarkan sebagai seorang
yang genit. “Cakri yang genit itu ingin
segera membeli gel rambut seperti punya Bono dan tidak melaporkan uang hasil
ojek payung dengan jujur.”
5.
Sudut
Pandang
Sudut
Pandang adalah penempatan isi penceritaan dalam kisah. Sudut pandang merupakan
cara dan pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan
tokoh, tindakan, latar dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah karya fiksi terhadap pembaca. Sudut pandang dianggap sebagai salah satu
unsur fiksi yang penting dan menentukan. Sebelum pengarang menulis cerita, mau
tak mau harus telah memutuskan memilih sudut pandang tertentu.
Sudut
pandang pada Sudut pandang pada cerpen
“Payung” adalah sudut pandang orang ketiga (serba tahu) seperti : mereka,
dia, atau menggunakan nama tokohnya.
6.
Gaya
Bahasa
Gaya
bahasa adalah gaya penulisan (dialek), pribahasa dan unsur-unsur lain yang
terkandung dalam cerita. Gaya bahasa juga merupakan suatu cara untuk
menuansakan dan menyelaraskan bahasa agar terjalin keindahan dan pertautan antara
paragraf satu dengan yang lainnya.
Gaya
bahasa yang digunakan dalam cerpen “Payung”
ini adalah gaya bahasa yang mudah dimengerti tetapi memang ada catatan
tersendiri dalam cerpen ini karena banyak menggunakan kata-kata yang tidak
pantas diomongkan oleh anak-anak kecil, mungkin karena mereka mengalami hidup
keras di Jakarta yang diharuskan anak sekecil itu harus bekerja dan bersaing
dalam mencari nafkah, mungkin itu salah satu faktornya.
7.
Amanat
Amanat
adalah pesan moral yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam sebuah karya
sastra. Amanat dalam cerpen Payung ini
adalah jika kita memiliki impian dan juga usaha yang rajin kita akan meraih
semua impian itu. Kita juga tidak boleh menjadi seorang yang pemalas seperti
tokoh Dian, dia selalu bekerja keras walaupun hanya seorang pengojek payung
yang tidak mendapatkan uang banyak, tetapi Dian selalu tersenyum dan juga
riang. Tetapi kita tidak boleh menirukan sosok Markun yang maunya hanya menang
sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Cerpen
merupakan karya sastra yang memiliki jumlah kata berkisar antara 750-10.000
kata dan cerpen bisa dibaca hanya dalam waktu satu sampai dua jam. Cerpen
payung ini merupakan kumpulan-kumpulan cerpen dalam buku Mata Hati yang terbit
dalam harian kompas pada tahun 2010. Cerpen ini juga sempat mendapatkan
nominasi cerpen terbaik pada tahun 2010 karena Cerpen payung ini merupakan
cerpen inspirasi yang sangat mendidik bagi anak-anak bukan hanya terinspirasi
tetapi juga dapat memotivasi anak-anak Indonesia agar dapat hidup dengan
secukupnya tidak boleh berlebihan dan juga mementingkan diri sendiri, harus
lihat dan menenggok ke belakang bahwa masih ada orang yang lebih membutuhkan
bantuan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Juhara, Erwan dkk. 2007. Cendikia Berbahasa Indonesia dan Sastra
Indonesia. Jakarta : PT. Setia Purna.
Nugriantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Toda, Dami. N. 2007. Apakah Sastra ? Magelang : Indonesia Tera.
Zaidan, Abdul Rozak, dkk. 2007. Kamus Istilah Sastra. Jakarta:
Balai Pustaka.
[1]
Burhan Nurgiyantoro, Teori Pengkajian
Fiksi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2005), h. 23
[2]
Erwan Juhara, dkk, Cendikia Berbahasa,
Bahasa dan Sastra Indonesia, (Jakarta : PT. Setia Purna, 2007), h.165
[3] Abdul
Rozak Zaidan, dkk. Kamus Istilah Sastra,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 118.
[4] Abdul
Rozak Zaidan, dkk. Kamus Istilah Sastra,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), h. 206.
[5]
Dami.N.Toda, Apakah Sastra?
(Magelang: Indonesia Tera, 2005), h. 122.
Langganan:
Postingan (Atom)