Definisi
Morfofonemik
Morfofonemik
adalah perubahan fonem-fonem yang disebabkan oleh hubungan dua morfem atau
lebih serta pemberian tanda-randanya. Misalnya pemberian nasal
/m/
pada kata yang berawal /b/ contoh: meN- + baca membaca
/n/
di depan fonem /d/ contoh : meN- + datang mendatang
/ň/ di depan
fonem /j/ contoh : meN- + jual meňjual
/ŋ/ di depan
fonem /g/ contoh : meN- + gambar meŋgambar
(Samsuri,Analisis
Bahasa,hlm.94)
Lain halnya
M. Ramlan yang mendefinisikan morfofonemik sebagai perubahan-perubahan fonem
yang timbul sebagai akibat pertemuan morfem dengan morfem lain. Misalnya morfem
/ber/ yang terdiri dari fonem /b, ə, r/ bila bertemu dengan fonem /ajar/ fonem
/r/ berubah menjadi /l/ sehingga morfemnya menjadi /belajar/.
Di samping
kedua pendapat di atas, Harimurti juga memberikan satu definisi lain tentang
morfofonemik. Morfofonemik adalah subsitem yang menghubungkan morfologi dan
fonologi. Di dalamnya dipelajari morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi.
Sedangkan yang dimaksud dengan proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis
yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Dari pendapat tersebut
morfofonemik yang diungkapkan oleh Samsuri dan Ramlan merupakan bagian dari
sebuah proses yang disebut dengan proses morfofonemik menurut Harimurti
Kridalaksana.
B.
PEMBAHASAN
1. Proses
morfofonemik
Ada beberapa
proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya. Proses tersebut adalah
proses yang seara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti
Kridalaksana, Proses morfofonemik terbagi atas 10 yaitu:
1.
Pemunculan Fonem
|
6.
Pelesapan fonem
|
2.
Pengekalan Fonem
|
7.
Peluluhan Fonem
|
3.
Pemunculan dan pengekalan fonem
|
8.
Penyisipan fonem secara historis
|
4.
Pergeseran Fonem
|
9.
Pemunculan fonem berdasarkan pola asing
|
5.
Perubahan dan pergeseran fonem
|
10.variasi
fonem bahas sumber
|
Lain halnya
dengan Ramlan. Ramlan dalam bukunya Morfologi membagi proses
morfofonemik menjadi tiga bagian yaitu :
1. Proses
perubahan Fonem
2. Proses
penambahan fonem
3. Proses
hilangnya fonem
2. Jenis dan
Kaidah Morfofonemik
1. Proses
Morfofonemik yang otomatis
Ada beberapa jenis yang termasuk dalam proses morfofonemik secara otomatis.
Proses tersebut adalah
a. Proses
pemunculan fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem.
Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam morfem
dasar. Perubahan morfofonemik semacam ini menimbulkan alomorf-alomorf dari
morfem yang bersangkutan.
Peristiwa 1 : Pemunculan luncuran /y/ terjadi pada morfem dasar yang
berakhir pada /ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti oleh sufiks atau bagian akhir
konfiks yang diawali oleh vocal /a/. Contoh :
/kə - an/ +
/tingi/ /kətingiyan/
/ - an/ +
/təpi/ /təpiyan/
/pə - an/ +
/nanti/ /pənantiyan/
Peristiwa 2 : Pemunculan luncuran /w/ terjadi pada morfem dasar yang
berakhir pada /aw/,/u/, atau /o/ yang diikuti olek sufiks atau bagian akhir
konfiks yang diawali oleh vokal /a/. Contoh :
/kə - an/ +
/pulau/ /kəpulauwan/
/ - an/ +
/sərbu/ /sərbuwan/
/pə - an/ +
/toko/ /pərtokowan/
Peristiwa 3 : Pemunculan /a/ terjadi pada penggabungan morfem dasar ayah
dan sufiks –anda,/ayahan-da/
Peristiwa 4 : Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar diri
dan perfiks se-,/səndiri/
Peristiwa 5 : Pemunculan /m/
terjadi pada penggabungan morfem dasar barang dan perfiks se-,/səm-baran/
Peristiwa 6 : Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar yang
terjadi dari satu suku kata yang bergabung dengan /mə-/, /pə/, /pə-an/. Contoh
:
/kə - an/ +
/pulau/ /kəpulauwan/
/ - an/ +
/sərbu/ /sərbuwan/
Peristiwa 7 : Pemunculan /m/ terjadi pada morfem dasar yang diawali dengan
/b/, .f/, dan /p/ yang bergabung dengan awalan me-, pe-, dan pe-an.
Dengan syarat
a) Fonem /f/ merupakan awal morfem pinjaman
b) Fonem /p/ merupakan
(1) fonem awalan dari morfem dasar yang mengandung unsur per- yang
diikuti oleh konsonan.
(2) fonem
ini merupakan bagian awal dari morfem dasar punya;
(3) bagian awal dari morfem dasar pinjaman.Contoh :
/mə-/ +
/bəli/ /məmbəli/
/mə-kan/ +
/fatwa/ məmfatwakan/
/mə-i/ +
/pəbaru/ /məmperbarui/
Peristiwa 8 : Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh
morfem dasar yang diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /mə-/ dan
kombinasinya, /pə-/, dan /pə-an/. Contoh :
/pə-/ +
/dəŋar/ /pəndəŋar/
/mə- / +
/dapat/ məndapat/
/pə-an/ +
/dulaŋ/ /pəndulaŋan/
Peristiwa 9 : Pemunculan /n/ yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh
konsonan /c/ dan /j/ bergabung dengan /mə-/, /pə-/, dan /pə-an/. Contoh :
/mə-/ +
/caci/ /məňcaci/
/pə-/ +
/curi/ /pəňcuri/
/pə-an/ +
/cari/ /pəňcarian/
Peristiwa 10 : Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar diawali oleh fonem
/g/, /x/, /h/, atau /?/ bergabung dengan /mə-/, /pə-/, dan /pə-an/. Pemunculan
/n/ juga terjadi pada gabungan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/,
bila morfem dasar itu berasal dari bahasa asing atau bila ada factor leksikal
dengan tujuan menghindari homonim.Contoh :
/mə-/ +
/ko’ordinir/ /məŋko’ordinir/
/pə-/ +
/gugat/ /pəŋgugat/
/pə-an/ +
/xusus/ /pəŋxususan/
b.Proses pengekalan fonem
Pengekalan fonem terjadi bila pada proses penggabungan morf tidak terjadi
perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar maupun pada afiks. Morfem dasar dan
morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
Peristiwa 1 : Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh
fonem /y/, /r/, /I/, /w/, atau nasal bergabung dengan /me/, /pe/. Contoh :
/pə-/ +
/warna/ /pəwarna/
|
/mə-kan/ +
/ramay/ /məramaykan/
|
/pə-/ +
/ramal/ /pəramal/
|
/mə-i/ +
wajib /məwajibkan/
|
/pə-/ +
/mula/ /pəmula/
|
/mə-/ +
masak /məmasak/
|
Peristiwa 2 : Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir
dengan /a/ bergabung dengan konfiks ke-an.Contoh :
/kə-an/ +
/raja/ /kərja’an/
/kə-an/ +
/ada/ /kə’adaan/
/kə-an/ +
/lama/ /kəlama’an/
Peristiwa 3 : Pengekalan fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau
ter-, bergabung dengan morfem dasar kecuali ajar, anjur. Contoh :
/bər-/ +
/main/ /bərmain/
|
/bər-/ +
/bali/ /bərbali/
|
/tər-/ +
/səlip/ /təsəlip/
|
/tər-/ +
/lalu/ /tərlalu/
|
/pər-/ +
/tanda/ /pərtanda/
|
Peristiwa 4
: Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar.
/sə-/ +
/’arah/ /sə’arah/
|
/sə-/ +
/hati/ /sə’hati/
|
/sə-/ +
/’umur/ /sə’umur/
|
/sə-/ +
/tingkat/ /sə’tingkat/
|
/sə-/ +
/butir/ /sə’butir/
|
Peristiwa 5 : Pengekalan fonem terjadi bila afiks –wan, -man, -wati
bergabung dengan morfem dasar. Contoh :
/səni/ +
/-man/ /səniman/
/pəraga/ +
/-wati/ /pəragawati/
/warta/ +
/-wan/ /wartawan/
Catatan: Pengekalan fonem pertama morfem dasar yang berupa/’/, hanya berlaku untuk
bahasawan dan dalam wicara lambat. Contoh :
/bər-/ +
/’indu’/ /bər’indu’/
|
/bər-/ +
/’arah/ /bər’arah/
|
/tər-/ +
/’axir/ /tər’axir/
|
/tər-/ +
/’ukur/ /tər’ukur/
|
/tər-/ +
/’isa’/ /tər’isa’/
|
c. Proses pemunculan dan pengekalan fonem
Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang homorgan
dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem pertama morf
dasar tersebut; proses ini terjadi karena bahasawan ingin mempertahankan
identitas leksikal morf dasar dan bertujuan menghindari homonym dengan bentuk
pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada prefiksasi.
Peristiwa 1 : Pemunculan /ŋ/
dan pengekalan /k/. contoh
/mə-/ + /kukur/ /meŋukur/
/pə-/ + /kaji/ /pəŋkaji/
Peristiwa 2
: Pemunculan /ŋ/ dan pengekalan /’/.Contoh
/mə-/ +
/’ara’/ /məŋaraŋ/
/pə-/ +
/’ukur/ / pəəŋukur/
d. Proses
pergeseran posisi fonem
Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponene dari morfem dasar dan bagian
dari akfiks membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan, ke
belakang atau dengan pemecahan.
Peristiwa 1 : Pergeseran ke belakang terjadi pada morfem dasar yang
berakhir pada konsonan yang diikuti oleh sufiks atau komponene akhir konfiks
yang diawali oleh vocal, sehingga konsonan tersebut menjadi bagian dari suku
kata yang dibelakang,
/baik/ +
/pər-i/ /pər-ba-i-ki/
|
/sakit/ +
/pə-an/ /pə-sa-ki-tan/
|
/taŋis/ +
/-i-/ /ta-ŋi-si/
|
/rambut/ +
/-an/ /ram-bu-tan/
|
/bakar/ +
/kə-an/ /kə-ba-ka-ran/
|
Peristiwa 2 : Pergeseran ke depan terjadi pada morfem dasar yang berakhir
pada vocal yang diikuti oleh sufiks yang berawal dengan konsonan, sehingga
konsonan tersebut menjadi bagian dari suku kata pra-akhir itu. Contoh :
/ibu/ +
/-nda-/ /i-bun-da/
/bibi/ +
/-nda-/ /bi-bin-da/
/cucu/ +
/-nda-/ /cu-cun-da/
Peristiwa 3 : Pemecahan suku kata terjadi dalam proses penyisipan dengan –el,
-er- dan –em-, sehingga unsure-unsur sisipan itu terpecah dalam suku kata
yang berlainan.
Contoh :
/gəmbuŋ/ + /-I-/ /gə-ləm-buŋ/
/gigi/ +
/-r-/ /gə-ri-gi/
/gətar/ +
/-m-/ /gə-mə-tar/
e. Proses
perubahan dan pergeseran posisi fonem
Perubahan dan pergeseran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan
morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan
vocal, atau penggabungan morfem dasar ajar dengan afiks ber-, per-,
dan per-an, atau pada penggabungan morfem dasar anjur dengan afiks ter-.
Peristiwa 1 : Perubahan dari fonem /’/ menjadi fonem /k/ terjadi bila
morfem dasar yang berakhir dengan fonem /’/ bergabung dengan sufiks /-an/ atau
bagian akhir konfiks yang berawal dengan vokal, dan membentuk suku kata baru.
Contoh :
/mər-i/ +
/nai’/ /mə-na-i-ki/
/kə-an/ +
/dudu’/ /kə-du-du-kan/
/-an/ +
/gəra/ /gə-ra-kan/
Realisasi
fonem /k/ pada akhir morfem dasar hanya terjadi dalam dialek-dialek tertentu.
Peristiwa 2 : Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ber-,
per-, dan per-an terjadi bila afiks-afiks tersebut bergabung dengan
morfem dasar ajar. Fonem yang berubah itu membentukan suku kata baru
dengan vokal awal. Contoh
/bər-/ +
/’anjar/ /bər-la-jar/
/pər-/ +
/’ajar/ /pə-la-jar/
Peristiwa 3 : Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ter-
terjadi bila afiks itu bergabung dengan morfem dasar anjur dan antar.
Fonem yang berubah itu membentuk suku kata baru dengan vokal awal morfem dasar.
Contoh :
/tər-/ +
/’antar/ /tər-lan-tar/
/tər-/ +
/’anjur/ /tər-lan-jur/
f. Proses
pelepasan fonem
Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada
saat terjadi penggabungan morfem.
Peristiwa 1 : Pelepasan fonem /k/ atau /h/ terjadi bila morfem dasar yang
berakhir pada konsonan tersebut bergabung dengan sufiks yang berasal dari
konsonan juga.
Contoh :
/’anak/ + /-nda/ /’ananda/
/səjarah/ +
/-wan/ /səjarawan/
/’ilmiah/ +
/-wan/ /’ilmiyawan/
Peristiwa 2 : Pelepasan fonem /r/ dari afiks /bər-/, /tər-/, /pər-/ dan
/pər-an/ karena bergabung dengan morfem dasar yang suku pertamanya berawal
dengan fonem /r/ atau yang suku pertamanya mengandung /r/. penggabungan afiks
tersebut dengan morfem dasar ajar, dan anjur. Contoh :
/bər-/ +
/rumah/ /bərumah/
|
/tər-/ +
/ramai/ /təramai/
|
/pər-/ +
/ramal/ /pəramal/
|
/bər-/ +
/kərja/ /bəkərja/
|
/pər-an/ +
/raya/ /pəray’an/
|
g. Proses
peluluhan fonem
Peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan afiks
membentuk fonem baru.
Peristiwa 1 : Peluluhan fonem /k/ dari morfem dasar yang diawali dengan
fonem /k/ yang bergabung dengan /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/.
Dalam proses morfofonemik dengan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/
yang berasal dari bahasa asing atau karena adanya. Contoh :
/mə-/ +
/karaŋ/ /məŋaran/
|
/pə-/ +
/karaŋ/ /pəŋaraŋ/
|
/mə-kan/ +
/kirim/ /məŋirimkan/
|
/pə-an/ +
/kuraŋ/ /pəŋuraŋan/
|
/mə-i/ + /kuraŋ/
/məŋuraŋi/
|
Peristiwa 2 : Peluluhan fonem // bila afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/
dan /pə-an/ digabungkan dengan morfem dasar yang diawali oleh fonem /p/,
kecuali pada morfem dasar yang berprfiks per- atau yang berasal dari
bahasa asing.Contoh :
/mə-/ +
/pilih/ /məmilih/
|
/pə-/ +
/pahat/ /pəmahat/
|
/mə-kan/ +
/pikir/ /məmikirkan/
|
/pə-/ +
/putih/ /pəmutihan/
|
/mə-i/ +
/pəraŋ/ /məməraŋi/
|
Peristiwa 3 : Peluluhan fonem /s/ terjadi pada penggabungkan morfem dasar
yang diawali oleh fonem /s/ dengan afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan
/pə-an/, kecuali bila fonem /s/ mengawali morfem dasar yang berasal dari bahasa
asing.
/mə-/ +
/sayur/ /məňayur/
|
/mə-i/ +
/sakit/ /məňakiti/
|
/mə-kan/ +
/saksi/ /məňaksikan/
|
/pə-/ +
/susun/ /pəňusun/
|
Peristiwa 4 : Peluluhan fonem /t/ pada morfem dasar yang diawali oleh fonem
/t/ yang bergabung dengan afiks /mə-/, /mə-kan/, /mə-i/ /pə-/ dan /pə-an/,
kecuali pada morfem dasar yang berasal dari bahasa asing atau morfem dasar yang
berprefiks ter-.Contoh :
/mə-/ +
/tata/ /mənata/
/mə-kan/ +
/tidur/ /mənidurkan/
/mə-i/ +
/təlusur/ / mənəlusuri/
2. Proses
morfofonemik yang tidak otomatis
a. Proses
pemunculan fonem secara histories
Penyisipan
ini terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing diberi afiks yang
berasal dari bahasa asing pula, sehingga fonem yang semula tidak ada pada
morfem dasar itu, muncul kembali pada saat penggabungan morf. Contoh :
/standar/ +
/-isasi/ /standarisasi/
/’obyek/ +
/-if/ /’obyektif/
b. Proses
pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
Pemunculan
fonem terjadi karena mengikuti pola morfofonemik bahasa asing. Gabungan ini
terjadi dari morfem dasar dalam bahasa Indonesia dengan afiks asing, baik afiks
Arab maupun Inggris. Contoh :
/gəreja/ +
/-i/ /gərejani/
|
/pompa/ +
/-isasi/ /pompanisasi/
|
/dunia/ +
/-i/ /duniawi/
|
/tenda/ +
/-isasi/ /tendanisasi/
|
c. Proses
variasi fonem bahasa sumber
Variasi
fenom ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna yang sama dengan
makna pada bahasa sumber. Contoh
-kus ¬ -si -ik ¬ -s
kritikus kritisi klinik klinis
politikus politisi teknik teknis
Selain
proses morfofonemik yang tidak otomatis yang terjadi karena faktor fonologis,
ada pula proses morfofonemik yang terjadi karena faktor semantik. Dalam proses
ini bahasawan rupanya ingin mempertahankan identitas leksem, sehingga tidak
timbul pengacauan makna. Contoh :
(i) Mengarang : 1. məŋaraŋ
a. məŋ’araŋ ‘menjadi arang’
Mengkarang : ‘menjadi karang’
(Penggabungan me dan karang secara otomatis akan menghasilkan
mengarang/məŋaraŋ/saja, tetapi identitas morfem dasarnya atau leksemnya
tidak tampak)
(ii) mengaji : ‘membaca Al Qur’an’
mengkaji : ‘mempelajari’
(iii) mengukur : 1. məŋukur kelapa
2. məŋ’ukur kekuatan lawan
(iv) beruang : 1. bəruaŋ : nama hewan
2. bə-ruaŋ : ‘mempunyai ruang’
3. bər’uang : ‘mempunyai uang’
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan tersebut, penulis dapat mengemukakan beberapa
simpulan berikut :
1. Morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan
morfem dengan morfem yang lain.
2. Proses morfofonemik ada dua yaitu morfofonemik yang otomatis dan
morfofonemik yang tidak otomatis.
3. Dilihat dari prosesnya, morfofonemik terbagi menjadi tiga bagian besar
yaitu adanya perubahan fonem, penambahan fonem, dan penghilangan fonem.
4. Proses morfofonemik meliputi proses pemunculan fonem, pengekalan fonem,
pemunculan dan pengekalan fonem, pergeseran posisi fonem, perubahan dan
penggeseran posisi fonem, pelesapan fonem, peluluhan fonem. Adapun morfofonemik
yang tidak otomatis meliputi proses pemunculan fonem secara histories,
pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing, dan variasi bahasa sumber dank
arena faktor semantik.
5. Pada dasarnya morfofonemik merupakan satu kaidah untuk mempermudah
pengucapan suatu morfem oleh pengguna bahasa secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata
Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik
Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa
Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.
Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa
Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan
Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:
PT.Gramedia Pustaka Utama.
Ramlan,M. 1997. Morfologi: Suatu
Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono.
Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik
Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar