GAYA DENGAN VARIASI KALIMAT
Tugas Makalah Ini Dibuat Untuk
Memenuhi Salah Satu Nilai Mata Kuliah
Pengantar Jurnalistik
Pengantar Jurnalistik
Disusun Oleh :
Mala Nopita Sari
(2011070012)
Maria Ulfa
(20011070055)
Mala Nopita Sari
(2011070012)
Maria Ulfa
(20011070055)
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2012
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya makalah pengantar jurnalistik ini
berjudul “Gaya Dengan Variasi Kalimat”.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala urusan kita, Amin.
Pamulang,
Oktober 2012
Penulis
ii
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................ ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan
Masalah ........................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Bergaya
Dengan Variasi Kalimat ................................................ 3
B. Penggunaan
Gaya Bahasa dalam Jurnalistik ............................... 5
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan ...................................................................................... 9
B. Saran............................................................................................. 9
DAFTAR
PUSTAKA ............................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Secara
harfiah (etimologis) kata jurnalistik (journalistic)
artinya kewartawanan atau pemberitaan. Kata dasarnya adalah “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan,
atau “jour” dalam bahasa Prancis yang
berarti “hari” (day) atau “catatan
harian” (diary). Dalam bahasa Belanda
journaistiek artinya penyiaran catatan harian.[1]
Akan
tetapi jika, jika dilihat secara lebih mendalam lagi, utamanya jika diteliti
dari sisi asal-usul kata atau dari sudut etimologisnya, dalam bahasa Yunani
terdapat istilah de jour yang artinya “hari ini”. Jadi sosok bahasa di dalam
ragam jurnalistik atau bahasa pers sesungguhnya menunjuk pada bahasa yang
dipakai untuk menyampaikan sosok fakta, sosok laporan, sosok berita, sosok
tulisan yang terjadi terkini atau baru terjadi, yaitu fakta yang memang tejadi
pada hari ini, bahkan pada saat sekarang ini.[2]
1
|
Gaya
bahasa adalah bahasa indah yang dipergunakan untuk meningkatkan efek dengan
jalan memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan
benda atau hal lain yang lebih umum. Bahasa yang digunakan para penulis dan
jurnalistik bisa sama saja, tetapi gayanya pasti berlainan. Seorang jurnalis
pada dasarnya penulis, tetapi seorang penulis belum tentu seorang jurnalis.
Seorang jurnalis berkualitas dituntut tidak saja menguasai teknik jurnalistik
seperti aspek-aspek peliputan tetapi juga disaratkan menguasai aspek-aspek
penulisan. Setiap penulis atau jurnalis, pasti memiliki gaya bahasa
masing-masing. Gaya bahasa itulah yang membedakan dirinya dengan penulis atau
jurnalis yang lain. Seorang penulis atau jurnalis dikenal oleh masyarakat luas,
antara lain dari bahasa yang digunakan dalam karya-karyanya.[4]
Lewat pers kita
mengenal anjuran untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, namun tidak
semua pers juga menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pers juga sering
menyimpang dari kaidah bahasa yang sudah ditetapkan oleh Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasiona. Media massa juga sering menggunakan istilah yang
salah kaprah, salah satu contoh yang sering digunakan adalah bahasa gado-gado yaitu pencampuran adukan
Bahasa Indonesia dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.[5]
B.
Rumusan
Masalah
1) Apa
saja variasi kalimat dalam media massa ?
2) Bagaimanakah
penggunaan gaya bahasa dalam jurnalistik ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bergaya Dengan Variasi Kalimat
Bahasa
jurnalistik (bahasa pers atau bahasa koran atau juga bahasa media massa) hanyalah
salah satu variasi bahasa. Namun variasi itu merupakan suatu perubahan keadaan
yang tidak mengubah sifat aslinya. Bahasa jurnalistik merupakan satu variasi
bahasa yang tetap berinduk pasa Bahasa Indonesia. Tetap terikat pada sifat,
adat, dan kaidah bahasa baku, baik tata bahasanya, istilah, maupun ejaan Bahasa
Indonesia.
Suatu penelitian
menyebutkan bahwa seseorang membaca surat kabar pada umumnya tidak pernah
sampai lebih dari 30 menit. Dalam waktu sesingkat itu pembaca harus dapat
menangkap maksud yang ditulis di koran dan media massa lainnya. Media cetak
halamannya terbatas dan media elektronik waktunya sempit. Karena penulisan
media massa harus jelas, lugas, logis, singkat padat, sederhana atau
komunikatif, efektif, efisien, sehingga dalam penulisan dianjurkan menggunakan
kalimat yang mudah ditangkap oleh pembaca. Dalam penulisan berita, membaca
kalimat supata tidak berkepanjangan pilihan katanya haruslah tepat, hindarkan
penulisan angka Romawi yang sulit dibaca, lalu tulisan kepanjangan akronim atau
singkatan serta hindarkan pemakaian istilah yang belum populer, baik itu istilah
Indonesia, asing dan daerah.[6]
Kalimat yang
baik menurut Guru Besar Bahasa Indonesia dari Universitas Indonesia, Garys
Keraf “harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok.”
Sebuah kalimat harus terdiri dari kata, frasa, dan klausa dan perlu dipikirkan
penyusunannya setepat mungkin. Sebuah kalimat itu jangan terpaku pada SPOK
secara pokok, contohnya :
3
|
Bisa juga
keterangan tempat dan keterangan waktu ditempatkan di tengah kalimat, seperti
ini :
“Drs.
Columbi Formes, manajer perusahaan penangkaran burung PT Geopellia Striata, kemarin di kantornya di bilangan
Klewer Solo, mengonfirmasi bahwa sebagian perkutut yang dipesan oleh kelompok
pecinta perkutut Filipina sudah dikirimkan menggunakan jasa EMKL Baito Express
International akhir bulan lalu.
Menyusun
kata-kata menjadi kalimat jurnalistik tidak harus ketat menuruti urutan subyek,
predikat, obyek, keterangan waktu atau tempat (SPOK) beserta tanda-tanda
bacanya. Dalam keadaan tertentu kalau perlu kata keterangan justru diawal
kalimat kadang juga di tengah kalimat, predikat juga bisa ada di depan kalimat,
seperti contoh diatas. Tanda baca yang begitu penting, apalagi yang membuat
orang bingung membacanya sebaiknya tidak usah digunakan, contoh : [7]
Kalimat resmi : Prof. Dr.Ir. Cengkiling menampar
muka anak buahnya, Marah Ratahu, S.H, S.Pd di kampus dua hari yang lalu.
Kalimat jurnalistik : Prof Dr Ir Cengkiling dua hari
yang lalu di kampus menampar muka anak buahnya Marah Ratahu SH SPd.
Seperti itu
“Kebebasan” kalimat jurnalistik. Tanda baca bisa dihilangkan dan susunannya
tidak ketat seperti SPOK, contoh lainnya adalah :
“Mengakui
Maria kurang baik permainannya ketika melawan China di Istora kemarin, Ivana
Lie yang menjadi pelatih tunggal putri, merasa puas atas penampilan Silvi dan
Frida”. Ini contoh kalimat majemuk yang jika disusun dalam
kalimat biasa akan menjadi seperti ini :
“Ivana
Lie yang menjadi pelatih tunggal putri mengakui Maria kurang baik permainannya
ketika melawan China di Istora kemarin, tetapi ia erasa puas atas penampilan
Silvi dan Frida”.
Dengan bentuk
pertama sebagai kalimat jurnalistik, terasa gaya yang berbeda di situ, yang
bisa membuat pembaca memperoleh variasi. Berita yang tidak jelas justru
menambah beban pembaca karena mereka harus menduga-duga, menafsir atau bertanya
ke sana kemari untuk mencari kejelasan.[8]
B. Penggunaan Gaya Bahasa dalam Jurnalistik
Dalam sastra ada
yang disebut gaya bahasa. Gaya bahasa atau style adalah cara mengungkapkan
pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian
penulis atau pemakaian bahasa. Tentu saja gaya bahasa yang pantas ditampilkan
dalam bahasa berita adalah gaya bahasa yang sudah umum, yang dikenal oleh orang
banyak.[9] Kalimat
jurnalistik kadang membutuhkan gaya bahasa untuk memberikan penguat pesan dan
kesan. Upaya membuat jernih susunan kalimat itu tak bukan agar kesan yang
disampaikan wartawan lewat beritannya mudah ditangkap, mudah dimengerti dan
mudah dipahami pembaca. Gaya bahasa mungkin juga yang bisa menolong menambah
mudah pemahaman atas sebuah kalimat.
Dalam gaya
bahasa ada yang bernama gaya bahasa Eufemisme
merupakan upaya menampilkan bentuk-bentuk kata yang dianggap memiliki makna
yang lebih halus dan lebih sopan untuk menggantikan kata-kata yang telah biasa
dan dianggap kasar. Misalnya kata penjara
atau bui diganti dengan kata Lembaga Permasyarakatan, kata dipecat (dari jabatan, pekerjaan)
diganti dengan kata pemutusan hubungan
kerja (PHK), kata babu diganti
dengan kata pembantu rumah tangga
(PRT) atau pramuwisma, dan kata buruh diganti dengan kata tenaga kerja.
Kalimat
jurnalistik untuk menyusun sebuah berita ringan, akan lebih bagus menyisipkan
disana sini gaya bahas yang menarik. Soft
news adalah berita ringan yang daya kejut dan daya cengangnya tidak begitu
kuat, maka perlu ditulis dengan gaya bahasa yang menarik untuk menambah agar
pembaca tidak membuang berita ini. Akan tetapi, kadang dalam berita biasa (hard news) gaya bahasa dapat digunakan
untuk memberi kesan atau suasana tertentu.
1. Gaya Bahasa Perumpamaan
a)
Metafora
Gaya bahasa
metafora merupakan pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan
sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Metafora tersusun
singkat, padat, rapi, dan mirip dengan ungkapan. Jurnalis menggunakan metafora
secara fungsional dan variatif pada artikel, karikatur, dan feature. Contoh : “pengunjuk rasa tiba-tiba menduduki
pelabuhan”. Kata menduduki pelabuhan merupakan gaya bahasa metafora karena
menduduki pelabuhan bukan makna sebenarnya, melainkan makna kiasan. Maknanya
sebenarnya adalah menguasai pelabuhan.
b) Asosiasi
Gaya bahasa asosiasi adalah gaya bahasa yang
menguatkan suatu keadaan. Misalkan, seorang remaja yang nyaris terserempet
mobil di jalan depan sekolahnya dituliskan dengan kalimat “Anak itu mukannya pucat bagai mayat saking takut dan kagetnya”. “Seseorang yang amat perasa dikatakan
hatinya selembut sutra” kedua contoh itu merupakan penggambaran adalah gaya bahasa asosiasi seperti muka pucat dan selembut sutra.
c) Personifikasi
Gaya
bahasa personifikasi adalah gaya bahasa yang menganggap benda mati bisa
bersikap dan berbuat bagaimana manusia (Kamus Besar Bahasa Indonesia, halaman
864). Para jurnalis biasanya menggunakan gaya bahasa ini pada artikel,
karikatur, laporan perjalanan. Misalnya “Kampanye
itu tak juga dihentikan walau hujan mengguyur lapangan dan geledek
menyambar-nyambar”. Hujan digambarkan seperti manusia, bisa mengguyur
padahal hujan itu hanya turun dari langit, bukan sengaja mengguyur atau
menyiram tanah. Judul berita head line “Jeruk
Malaysia Hantam Jeruk Pontianak”. Dalam judul ini kata menghantam laiknya
orang galak yang sedang memukul ke kepala lawannya.[10]
d) Antisipasi
Kata antisipasi berarti mendahului atau
penetapan yang mendahului tentang sesuatu yang masih akan dikerjakan atau akan
terjadi. Dalam jurnalistik, pemakaian gaya bahasa ini banyak ditemukan dalam
berita olahraga karena menampilkan berita sebelum, selama, dan sesudah
pertandingan. “Masih enam bulan lagi
Piala Dunia 2011 digelar, tetapi Italia sudah berlatih habis-habisa”.[11]
2)
Gaya bahasa Pertentangan
a)
Hieperbola
Hiperbola
adalah jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang melebih-lebihkan
jumlahnya, ukuranya atau sifatnya, dengan maksud memberikan penekanan pada
suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan
pengaruhnya. Meskipun demikian, dalam kaitannya dengan jurnalistik,
jurnalis tetap harus bersikap objektif, akurat dan berimbang karena jika tidak,
maka bukan informasi akurat yang akan didapat khalayak melainkan penjelasan
yang menyesatkan. Contoh : Jakarta nyaris
tenggelam dilanda banjir.
b)
Litotes
Litotes adalah majas yang dalam
pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau
bentuk yang bertentangan. Gaya bahasa ini mengandung pernyataan yang
dikecil-kecilkan, dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya, atau kebalikan dari
hiperbola. Dalam jurnalistik, jurnalis harus hati-hati terhadap gaya bahasa ini
karena narasumber yang menggunakan gaya bahasa ini biasanya orang-orang sukses
yang luhur budinya dan tetap bersikap rendah hati. Contoh : jika ada waktu singgahlah di gubuk saya (padahal rumahnya seperti
istana).
c)
Ironi
Ironi adalah
majas yang menyatakan makna yang bertentangan dengan maksud berolok-olok atau
menyindir seseorang. Dalam jurnalistik, gaya bahasa ini biasanya digunakan
untuk kontrol sosial media massa terhadap pemerintah sesuai amanat
undang-undang. Contoh : meski sedang
diadili dalam perkara korupsi, ia tetap mencalonkan diri menjadi gubernur.
d)
Sinisme
Sinisme
adalah jenis gaya bahasa yang berupa sindiran yang berbentuk kesangsian yang
mengandung ejekan terhadap keikhlasan dan ketulusan hati. Dalam jurnalistik
gaya bahasa ini digunakan untuk menyajikan karya yang korektif yang dituangan
dalam tajuk rencana, artikel, dan kolom. Contoh : apa yang tidak bisa Anda beli? Jangankan mobil dan rumah mewah, istri
orang lain pun Anda sikat. Bahkan Negara ini besok lusa akan jadi milik anda.
e) Sarkasme
e) Sarkasme
Sarkasme
adalah jenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedis dan
menyakiti hati dan kurang enak didengar. Dalam jurnalistik, dilarang
menggunakan gaya bahasa ini. Contoh : keempat
pemerkosa yang sikap dan perilakunya sama seperti anjing ini sangat pantas
dihukum mati.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Bahasa
jurnalistik yang baik haruslah sesuai dengan norma tata bahasa yang antara lain
terdiri atas susunan kalimat yang benar, pilihan kata yang cocok. Bahasa
jurnalistik itu harus sederhana, mudah dipahami, teratur, dan efektif dan juga
mengandung bahasa yang sederhana dan mudah dipahami menggunakan kata dan
struktur kalimat yang mudah dimengerti pemakai bahasa umum. Bahasanya teratur
berarti setiap kata dalam kalimat sudah ditempatkan sesuai kaidah. Efektif,
bahasa pers haruslah tidak bertele-tele, tetapi tidak juga terlalu berhemat
sehingga maknanya menjadi kabur.
Lewat
pers kita mengenal anjuran untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar, namun
tidak semua pers juga menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pers juga sering
menyimpang dari kaidah bahasa yang sudah ditetapkan oleh Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasiona. Media massa juga sering menggunakan istilah yang
salah kaprah, salah satu contoh yang sering digunakan adalah bahasa gado-gado yaitu pencampuran adukan
Bahasa Indonesia dengan bahasa asing, terutama bahasa Inggris.[12]
B. Saran
9
|
DAFTAR
PUSTAKA
Airitandromeda.
Pengertian-jurnalistik-ragam-definisi. http://airitandromeda.blogspot.com. diakses pada 22
Juni 2012. 11:52.
Chaer, Abdul. 2010. Bahasa Jurnalistik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dewabrata, A.M. 2005. Kalimat Jurnalistik Mencermati Penulisan Berita. Jakarta: Buku
Kompas.
Krsnaalexander.
Analisis-gaya-bahasa-perbandingan. http://krsnaalexander.blogspot.com. diakses
pada 01 Juni 2012. 20.00
Menjadihebat.
Pengertian-jurnalistik-ragam-definisi. http://menjadihebat.blogspot.com. diakses
pada 08 Mei 2011. 16.00
Merdeka.
Bahasa-jurnalistik-hanyalah-salah-satu-variasi-bahasa65wrjvu. http://www.merdeka.com. diakses pada 30
Desember 2011. 10:54.
Rahardi, R. Kunjana. 2011. Bahasa Jurnalistik. Bogor: Ghalia Indonesia.
Sarwoko, Tri Adi. 2007. Inilah Bahasa Indonesia Jurnalistik. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
[2]
R. Kunjana Rahardi, Bahasa Jurnalistik,
(Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hal, 5.
[3]
Tri Adi Sarwoko, Inilah Bahasa Indonesia
Jurnalistik, (Yogyakarta : C.V Andi Offset, 2007), hal, 1.
[7] A.M. Dewabrata, “Kalimat Jurnalistik Mencermati Penulisan Berita”, (Jakarta: Buku
Kompas, 2010), hal 40.
[8]
Ibid hal 29.
[9]
Abdul Chaer, Bahasa Jurnalistik,
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hal. 87.
[10]
A.M. Dewabrata, “Kalimat Jurnalistik
Mencermati Penulisan Berita”, (Jakarta: Buku Kompas, 2010), hal 18.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar