Sabtu, 25 Mei 2013

Syair


Kelompok IV   : 1. Mia Pratiwi
  2. Mala Nopita Sari
  3. Nur Kholis Majid
Semester         : IV pagi
Fakultas         : Sastra
Jurusan          : Sastra Indonesia
Mata Kuliah  : Sastra Tradisional
Tugas              : Syair

1.    Syair
Syair berasal dari bahasa arab yaitu syu’ur artinya perasaan, dan kata syu’ur berkembang menjadi syiur yang berarti juga puisi atau sajak. Orang yang menulis syair disebut penyair. Dalam kesusastraan Indonesia, pengertian syair berarti puisi lama yang terdiri dari empat baris perbait. Sebenarnya di kalangan bangsa Arab jahiliyah banyak terdapat penyair kenamaan, memiliki reputasi dan pengaruh yang tinggi. Mereka adalah tokoh di balik banyaknya kumpulan syair. Meskipun Syair berasal dari bahasa Arab, tetap saja syair melayu berbeda dengan syair Arab. Bahkan Hooykaas mengatakan bahwa syair adalah bentuk puisi yang tumbuh dalam masyarakat Indonesia (Melayu), hanya saja namanya merupakan pinjaman dari bahasa Arab.
Kumpulan syair yang terkenal di Arab itu mendapatkan sebutan Muallaqat (Kalung Perhiasan). Dinamakan muallaqat atau kalung perhiasan karena indahnya syair. Syair tersebut menyerupai perhiasan yang dipakai oleh wanita. Selain dikenal sebagai Muallaqat, syair juga dikenal sebagai Muzahabah yaitu syair yang ditulis dengan tinta emas. Bangsa Arab pada  masa itu sangat gemar dan menaruh perhatian besar terhadap syair. Fungsi syair adalah untuk menyampaikan cerita dan pengajaran dan digunakan juga dalam kegiatan-kegiatan yang berunsur keagamaan. Di Arab fungsi syair itu sebagai sarana mencurahkan suasana kalbu karena syair merupakan puisi lirik yang halus dan penuh dengan gejolak rasa penyairnya.

B. Ciri-ciri Syair
1)   Setiap bait terdiri dari empat baris (larik).
2)   Bersajak a-a-a-a.
3)   Semua baris adalah isi (dalam syair tidak ada sampiran)
4)   Bahasanya biasanya kiasan.
5)   Jumlah suku kata tiap baris hampir sama (biasanya 8-12 suku kata).
6)   Isi syair berupa nasihat, petuah, cerita, dan sebagainya

C. Jenis-jenis Syair
Menurut isinya, syair dapat dibagi menjadi lima golongan, sebagai berikut :
a)   Syair Panji
Syair Panji menceritakan tentang keaadaan yang terjadi dalam istana dan keadaan orang-orang yang berasal dari isana. Contoh syair panji adalah Syair Ken Tambuhan yang menceritakan tentang seorang putri bernama Ken Tambuhan yang dijadikan persembahan kepada Sang Ratu Kauripan.
b)   Syair Romantis
Syair Romantis berisi tentang percintaan yang biasanya terdapat pada cerita yang berupa hikayat, maupun cerita rakyat. Syair romantis biasanya dibacakan dengan berlagu seingga dapat memberi kesan yang menarik bagi pendengar.
Contoh syair romantis yakni Syair Bidasari yang menceritakan tentang seorang putri raja yang telah dibuang ibunya. Setelah beberapa lama ia dicari Putra Bangsawan (saudaranya) untuk bertemu dengan ibunya, Pertemuan pun terjadi dan akhirnya Bidasari memaafkan ibunya, yang telah membuang dirinya.
c)    Syair Kiasan Syair
Kiasan berisi tentang percintaan ikan, burung, bunga atau buah-buahan. Percintaan tersebut merupakan kiasan atau sindiran terhadap peristiwa tertentu. Contoh syair kiasan adalah Syair Burung Pungguk yang isinya menceritakan tentang percintaan yang gagal akibat perbedaan pangkat, atau seperti perumpamaan “seperti pungguk merindukan bulan”
d)   Syair Sejarah
Syair Sejarah adalah syair yang berdasarkan peristiwa sejarah. Sebagian besar syair sejarah berisi tentang peperangan. Contoh syair sejarah adalah Syair Perang Mangkasar (dahulu bernama Syair Sipelman), berisi tentang perang antara orang-orang Makassar dengan Belanda.
e)    Syair Agama
Syair Agama merupakan syair terpenting. Perlu kita ketahui, setiap syair pasti mengandung pesan tertentu. Pesan tersebut dapat kita simpulkan setelah memahami isi sebuah syair. Contoh syair agama : Syair Perahu, Syair Dagang (banyak yg bilang karangan Hamzah Fansuri, tapi para ahli membantahnya), Syair Kiamat, Bahr An-Nisa, Syair Takbir Mimpi, Syair Raksi.

D. Zuhair bin Abi Sulma (Penyair Arab)
Zuhair bin Abi Sulma berasal dari Bani Gathafan dan dibesarkan dari keluarga penyair. Sejak kecil Zuhair belajar syair dari pamannya sendiri, bakat Zuhair dalam bersyair sudah terlihat dari dia kecil. Penyair ini sangat disenangi oleh semua masyarakat Arab karena syair Arab yang sangat indah miliknya dan beliau memiliki budi pekerti yang tinggi.Kumpulan syair Zuhair terkenal dengan kesopanan kata-katanya, imajinasi dan pemikirannya banyak menggunakan kalimat-kalimat yang hikmat dan sangat bijaksana. Berikut ini adalah petika syair miliknya, yang sampai sekarang masih menempel dan menggantung di dinding ka’bah :
“Aku teah jemu dengan beban hidup, dan barang siapa yang telah berumur sampai delapan puluh tahun, aku dapat mengetahui segala yang terjadi hari ini dan kemarin. Tetapi aku tetap tak tahu tentang hari esok. Aku melihat maut itu datang tanpa permisi terlebih dahulu. Barang siapa yang didatangi pasti mati, dan siapa yang luput dia akan lanjut usia dan barang siapa yang selalu menjaga kehormatannya maka dia akan terhormat...”
Kumpulan syair di atas sangat hikmat. Tak salah jika Zuhair dianggap sebagai orang pertama yang dalam menciptakan kata hikmah dalam syair Arab. Kumpulan syair Zuhair memang selalu singkat dan mudah dipahami, meskipun isinya padat. Ia selalu bersyair dengan sebenarnya, diksi dan pemilihan katanya pun sangat baik. Juah dari unsur-unsur kata yang tidak sopan. Syairnya sangat bersih dan jauh dari kata-kata yang buruk

E. Hamzah Fansuri (Penyair Melayu)
Menurut Hooykaas, asal-usul syair Indonesia bersumber dari satu tulisan yang tertua di Indonesia, yang juga dianggap sebagai syair paling tua dalam sejarah kesusastraan Indonesia. Syair tertulis yang tergolong tua adalah karya-karya Hamzah Fansuri, seorang penyair mistik dari Aceh.
Hamzah Fansuri adalah seorang cendekiawan, ulama tasawuf, dan budayawan terkemuka. Tahun lahir dan wafat beliau tidak diketahui dengan pasti. Riwayat hidupnya pun sedikit sekali diketahui. Sekalipun demikian, beliau diperkirakan hidup antara pertengahan abad ke-16 sampai awal abad ke-17. Hamzah Fansuri adalah seorang penyair dan ahli tasawuf yang berasal dari Barus, Sumatera. Aliran Hamzah Fansuri dalam ilmu tasawuf sangat terpengaruh sehingga ke Tanah Jawa. Pengaruh kesusastraan sufi Arab dan Parsi telah mengilhami Hamzah Fansuri menggubah puisi dalam bahasa Indonesia yang kemudian dikenal sebagai syair. Melalui karya-karya bercorak mistik yang dihasilkan oleh Hamzah Fansuri inilah unsur-unsur pemikiran dan seni sastra dari Arab dan Parsi diperkenalkan dalam kesusastraan Indonesia.
Hamzah Fansuri telah berhasil mngukir sejarah pribadinya dalam khazanah pembaharuan keislaman di dunia Islam. Karya-karyanya telah berhasil membuka dan memperluas wawasan berpikir umat Islam terhadap berbagai disiplin ilmu yang dikuasainya. Hamzah Fansuri telah berusaha mengungkapkan semua ajaran melalui karya sastra. Kepeloporan Hamzah Fansuri dibidang sastra ini diakui oleh pakar Belandan Valentjin yang pernah datang ke Aceh, dimana ia menyatakan bahwa Hamzah Fansuri telah berhasil dengan sukses menggambarkan kebesaran Aceh masa lampau melalui syair-syairnya. Syair karya Hamzah Fansuri yang terkenal dalam kesusastraan Indonesia (Melayu) klasik adalah Syair Perahu yang merupakan syair yang pertama dalam kesusastraan Indonesia. Karena isi syair Perahu dianggap bertentangan dengan ajaran Islam, raja Aceh memerintahkan para petugas istana agar membakar syair itu. Namun beberapa di antaranya ada yang lolos dari pemusnahan. Syair yang lolos inilah yang bisa kita warisi sampai sekarang.
Dibidang sastra, beliau mempelopori pula penulisan puisi-puisi. Kedalaman kandungan puisi-puisinya sukar ditandingi oleh penyair lain yang sezaman ataupun sesudahnya. Penulis-penulis Melayu abad ke-17 dan ke-18 kebanyakan berada dibawah bayang-bayang kegeniusan dan kepiawaian Hamzah Fansuri. Di bidang kebahasaan pula sumbangan Hamzah Fansuri sukar untuk dapat di ingkari apabila kita mau berjujur. Pertama, sebagai penulis pertama kitab keilmuan di dalam bahasa Melayu, Hamzah Fansuri telah berhasil mengangkat naik martabat bahasa Melayu dari sekedar lingua Franca menjadi suatu bahasa intelektual dan ekspresi keilmuan yang canggih dan modern.
Dengan demikian kedudukan bahasa Melayu di bidang penyebaran ilmu dan persuratan menjadi sangat penting dan mengungguli bahasa-bahasa Nusantara yang lain, termasuk bahasa Jawa yang sebelumnya telah jauh lebih berkembang. Kedua, jika kita membaca syair-syair dan risalah-risalah tasawuf Hamzah Fansuri, akan tampak betapa besarnya jasa Hamzah Fansuri dalam proses Islamisasi bahasa Melayu dan Islamisasi bahasa adalah sama dengan Islamisasi pemikiran dan kebudayaan.
Contoh Syair karya Syekh Hamzah :
Syair Dagang
Hai sekalian kita yang kurang
nafsumu itu lawan berperang
jangan hendak lebih baiklah kurang
janganlah sama dengan orang
Amati-amati membuang diri
menjadi dagang segenap diri
baik-baik engkau fikiri
supaya dapat emas sendiri
Wahai dagang yang hina
Ketahui hidup dalam dunia
Sebagai jati tiada berbunga
Bagi burung tiada berguna
Wahai sekalian kita yang kurang
Nafsumu itu lawan berperang
Jauhkan tamak baiklah kurang
Jaga dirimu jatuh ke jurang
Amat-amati membuang diri
Menjadi dagang di segenap negeri
Baik-baik engkau pikiri
Supaya selamat hari-hari.
Syair dagang ini termaksuk ke dalam jenis syair agama, karena banyak sekali nasihat yang di pesankan dalam syair tersebut seperti dalam kata “ketahuilah hidup dalam dunia, bagai burung tiada berguna” diibaratkan seperti manusia yang hidup di dunia dan hanya mencari kesenangannya saja.berasal dari bahasa Arab yaitu, ‘syi’r’ yang berarti puisi. Menurut Hooykaas, syair merupakan jenis puisi lama yang berkembang F. Asal Mula Syair di Tanah Air
Dalam perkembangannya masuknya syair di tanah air bersamaan dengan masuknya islam di Indonesia yaitu pada abad ke 13, melalui kemunculan syair melayu. Pengaruh puisi Arab memainkan peranan yang penting dalam lahirnya syair Melayu Nusantara. Walaupun berasal dari bahasa Arab namun syair dapat berkembang di Indonesia, dan dapat berbaur dengan kebudayaan Indonesia.
Teeuw berpendapat bahwa asal-usul syair di Indonesia ditandai oleh syair karya Hamzah Fansuri. Pendapat A. Teeuw tersebut juga didukung oleh Winstedt dan Brakel yang berpendapat bahwa syair Indonesia diperkenalkan oleh Hamzah Fansuri dalam tulisannya. L.F. Brakel juga berpendapat bahwa syair Indonesia pada mulanya memang bersumber dari karya bercorak keagamaan, khususnya pengaruh kesusastraan sufi. Namun, syair Indonesia terus berkembang dan tidak hanya berisi ajaran sufi atau keagamaan, melainkan telah menyentuh berbagai aspek kehidupan duniawi. Syair telah berkembang menjadi suatu jenis karya sastra yang digemari oleh banyak orang, khususnya pada abad kedelapan belas.
Karya sastra berbentuk syair yang terakhir dapat dilihat dalam penerbitan Balai Pustaka tahun 1920-an dan tahun 1930-an. Syair-syair tersebut dikritik karena hanya mementingkan bentuk sehingga terdapat penggunaan kata-kata yang kurang perlu karena hanya menyamakan jumlah suku kata dan rima akhir. Pada zaman kesusastraan Indonesia modern, syair tidak lagi mendapat perhatian. Para penyair berpendapat bahwa bentuk syair telah beku oleh berbagai ikatan dan konvensi.
Menurut Sutan Takdir Alisjahbana, syair kurang disukai orang bukan karena ikatan-ikatan yang ada di dalamnya tidak lagi sesuai dengan zaman, melainkan semata-mata karena orang-orang yang membuat syair (penyair) picik pengetahuannya dan lemah getar jiwanya. Mereka tidak dapat membuat syair yang “hidup” dan “berjiwa”. Terlepas dari hal-hal itu semua, satu hal yang mesti kita catat adalah bahwa syair merupakan bentuk puisi yang menempati posisi penting pada zaman kesusastraan Indonesia (Melayu) klasik, di samping pantun. Oleh karena itu, tidak ada salahnya kita berikan sedikit perhatian dan apresiasi terhadap bentuk puisi lama ini.
puisi Arab dan Parsi memainkan peranan yang penting dl-usul munculnya syair di Indonesi
 DAFTAR PUSTAKA

Sugiarto, Eko. 2000. Pantun dan Puisi Lama Melayu. Yogyakarta: Khitah Publishing.

Mihardja, Ratih. 2005.  Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.

Purwandari, Retno. 2012. Buku Pintar Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Familia.

1 komentar: