TEORI
DALAM KOMUNIKASI KELOMPOK
Makalah Ini Dibuat Untuk Memenuhi Nilai
Mata Kuliah Teknik Penyiaran
Dosen : Rerin Maulinda, Mpd.
Dosen : Rerin Maulinda, Mpd.
Disusun Oleh :
Mala Nopita Sari
(2011070012)
Maria Ulfa
(20011070055)
Mala Nopita Sari
(2011070012)
Maria Ulfa
(20011070055)
FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS PAMULANG
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum.Wr.Wb
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini
yang alhamdulillah tepat pada waktunya makalah Teknik Penyiaran yang berjudul “Teori-teori
dalam komunikasi”
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala urusan kita, Amin.
Pamulang,
April 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang
Komunikasi
adalah pesan yang disampaikan kepada komunikan(penerima) dari komunikator (sumber)
melalui saluran-saluran tertentu baik secara langsung atau tidak langsung
dengan maksud memberikan dampak kepada komunikan sesuai dengan yang diingikan
komunikator atau komunikasi dapat diartikan sebagai proses dimana pihak-pihak
saling menggunakan informasi dengan untuk mencapai tujuan bersama dan
komunikasi merupakan kaitan hubungan yang ditimbulkan oleh penerus rangsangan
dan pembangkitan balasannya.
Kelompok
dalam masyarakat kita ada banyak. Misalnya, kelompok pengajian di masjid,
kelompok paguyuban, kelompok bermain, kelompok dalam sebuah organisasi dan
kelas belajar. Kelompok dapat diidentifikasikan berdasarkan usia, jenis
kelamin, tingkat pendidikan, suku bangsa, dan jenis pekerjaan. Dalam sebuah
kelompok terjadi interaksi antar anggota kelompok. Maka dari itu, komunikasi
kelompok lahir sebagai bentuk komunikasi. Komunikasi kelompok mengatur
bagaimana komunikasi berjalan dengan anggota kelompok satu dengan yang lainnya,
bagaimana interaksi yang terjadi di dalam kelompok itu sendiri. Komunikasi
kelompok terjadi karena tujuan tertentu yang ingin disampaikan, sehingga pesan
yang perlu diterima, ditanggapi, diolah dalam benak dan pikiran anggota
kelompok.
2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
pengertian komunikasi kelompok ?
2. Apa
saja bentuk komunikasi kelompok ?
3. Apa
saja teori-teori komunikasi dalam kelompok ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian komunikasi kelompok
Komunikasi
kelompok adalah interaksi tatap muka dari tiga individu atau lebih dengan
tujuan yang sudah diketahui sebelumnya seperti berbagai informasi, pemeliharaan
diri, pemecahan masalah, yang anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik
pribadi anggota kelompok lainnya dengan tepat. Komunikasi kelompok terdapat
berbagai informasi, pemecahan masalah, menjaga hubungan antar anggota. Seorang
anggota kelompok bila telah bergantung dengan kelompok ia bukan sosok individu
melainkan bagian dari kelompoknya.
Komunikasi
kelompok memiliki karakteristik yang unik, dimana kepribadian seorang individu
bisa berubah bila ia menjadi bagian dari kelompoknya. misalnya, sifat seorang
yang sangat pendiam dan pasif bisa berubah menjadi seorang yang aktif dan
agresif apabila berada di dalam kelompok keadaan suatu kelompok membuat
seseorang bisa berbuat sesuatu yang tidak terbayangkan olehnya bia sendirian.
B. Bentuk komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok terdiri atas dua bentuk, yaitu :
a. Komunikasi Kelompok Deskriptif
Dalam
komunikasi kelompok deskriptif, pengelompokkan sejumlah orang terdiri atas kelompok
tugas, kelompok pertemuan, dan kelompok penyadar.
b. Komunikasi Kelompok Perspektif
Dalam komunikasi kelompok perspektif akan dijelaskan
bagaimana suatu kelompok dapat menyelesaikan suatu persoalan, menyelesaikan
tugas, menyampaikan gagasan, dan hal-hal lain yang dapat dikomunikasikan
antara sejumlah orang yang terlibat dalam kelompok tersebut. Berikut ini adalah
format yang biasa dilakukan pada komunikasi kelompok perspektif, antara lain:
1.
Diskusi meja bundar adalah format berdiskusi dengan cara
melingkar dimana tidak ada seorang moderator yang ditunjuk secara khusus.
2.
Forum ceramah adalah format diskusi yang dilakukan
terutama sekali untuk saling berbagi informasi.
3.
Prosedur parlementer adalah
format diskusi yang secara ketat mengatur peserta diskusi yang besar pada
periode waktu yang tertentu ketika sejumlah keputusan harus dibuat.
4.
Seminar adalah seorang /kelompok ahli yang bertugas
menjawab pertanyaan-pertanyaan hadirin/pers.
C. Tipe
Komunikasi Kelompok
Ronald B. Adler dan George Rodman
dalam bukunya Understanding Human Communication membagi kelompok dalam tiga
tipe, yaitu kelompok belajar (learning group), kelompok pertumbuhan (growth
group), dan kelompok pemecahan masalah (problem solving group). Masing-masing
tipe kelompok tersebut akan kita bicarakan dengan lebih rinci, karena setiap
kelompok memiliki karakteristik dan tujuan yang berbeda.
1. Kelompok
Belajar (Learning Group)
Ketika kita mendengar kata
“belajar” atau learning, perhatian dan pikiran kita hampir selalu tertuju pada
suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah. Meskipun institusi pendidikan
tersebut termasuk dalam klasifikasi learning group, namun itu bukan
satu-satunya. Kelompok yang memberi keterampilan berenang ataupun kelompok yang
mengkhususkan kegiatannya pada digolongkan ke dalam kelompok belajar tersebut.
Jadi, apa pun bentuknya, tujuan dari learning group ini adalah meningkatkan
pengetahuan atau kemampuan para anggotanya. Satu ciri yang menonjol dari
learning group ini adalah adanya pertukaran informasi dua arah, artinya setiap
anggota dalam kelompok belajar adalah kontributor atau penyumbang dan penerirna
pengetahuan.
2. Kelompok
Pertumbuhan (Growth Group)
Jika learning anggotanya group
para anggotanya terlibat dalam persoalan-persoalan eksternal sebagaimana yang
telah diuraikan di atas, maka kelompok pertumbuhan lebih memusatkan
perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang dihadapi para anggotanya. Wujud
nyata dari growth group ini adalah kelompok bimbingan perkawinan, kelompok bimbingan
psikologi, kelompok terapi sebagaimana yang sudah diuraikan pada Kegiatan
Belajar 1, serta kelompok yang memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan
keyakinan diri, yang biasa disebut dengan consciousness raising group.
Karakteristik yang terlibat dalam tipe kelompok growth group ini adalah tidak
mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan kelompok
diarahkan kepada usaha untuk membantu para anggotanya mengidentifikasi dan
mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan pribadi yang mereka hadapi.
3. Kelompok
Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Orang-orang yang terlibat dalam
kelompok pemecahan masalah, bekerja bersama-sama untuk mengatasi persoalan
bersama yang mereka hadapi. Dalam sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh
anggota keluarga memecahkan persoalan tentang cara-cara pembagian kerja yang
memungkinkan mereka terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seperti tugas apa
yang harus dilakukan seorang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri, dan
pekerjaan-pekerjaan apa yang dibebankan kepada anak-anaknya. Atau dalam contoh
lain, bagaimana para warga yang tergabung dalam satu Rukun Tetangga (RT)
berusaha mengorganisasi diri mereka sendiri guna mencegah tindak pencurian
melalui kegiatan sistem keamanan lingkungan atau lebih dikenal dengan
siskamling. Problem solving dalam operasionalnya, melibatkan da aktivitas
penting. Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) : bagaimana
suatu kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi yang
penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan kedua adalah
pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar pada hasil
pengumpulan informasi.
D. Teori-teori komunikasi kelompok
a) Teori
Perbandingan Sosial
Kita selalu membandingkan diri kita
dengan orang lain dan kelompok kita dengankelompok lain. Hal-hal yang
dibandingkan hampir semua yang kita miliki, mulai dari status sosial, status
ekonomi, kecantikan, karakter kepribadian dan sebagainya. Konsekuensi dari
pembandingan adalah adanya penilaian sesuatu lebih baik atau lebih buruk dari
yang lain. Melalui perbandingan sosial kita juga menyadari posisi kita di mata
orang lain dan masyarakat. Kesadaran akan posisi ini tidak akan melahirkan
prasangka bila kita menilai orang lain relatif memiliki posisi yang sama dengan
kita. Prasangka terlahirketika orang menilai adanya perbedaan yang mencolok
(Myers, 1999). Dalam masyarakat yang perbedaankekayaan anggotanya begitu tajam
prasangka cenderung sangat kuat. Sebaliknya bila status sosial ekonomi relatif
setara prasangka yang ada kurang kuat. Para sosiolog menyebutkan bahwa
prasangka dan diskriminasi adalah hasil dari stratifikasi sosial yang
didasarkan distribusi kekuasaan, status, dan kekayaan yang tidak seimbang diantara
kelompokkelompok yang bertentangan (Manger, 1991).
Contoh kasus: Adanya perbedaan
pendapat dan adanya perbedaan tujuan disebuah kantor ada sebuah perbedaan
sosial yaitu antara atasan dan bawahan, manajer dan karyawan dengan ini
biasanya sering terjadi konflik atau masalah dan juga kerjaan yang menumpuk ,
karyawan yang tidak disiplin dan adanya perbedaan gaji ini dapat menjadi suatu
konflik perbandingan sosial dan dimana ada juga sama-sama karyawan tapi
dibedakan gaji dan fasilitas ini juga salah satu perbandingan sosial yang jelas
akan menimbulkan suatu konflik.
b) Teori Percakapan Kelompok
Teori
percakapan kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas kelompok atau
upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaaan masukan dari anggota (member
input), variable-variabel perantara (mediating variables), dan keluaran dari
kelompok (group output). Masukan atau input yang berasal dari anggota kelompok
dapat diidentifikasikan sebagai perilaku, interkasi dan harapan-harapan
(expectation) yang bersifat individual.
Sedangkan
variable-variabel perantara merujuk pada strukturstruktur formal dan struktur
peran dari kelompok seperti status, norma, dan tujuan-tujuan kelompok. Yang
dimaksud dengan output kelompok adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau
tujuan kelompok. Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui
konsekuensi perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok.
Dengan kata lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables)
mengarah pada struktur formal dan struktur peran (mediating variables)
sebaliknya variabel ini mengarah pada produktivitas, semangat dan keterpaduan
(group achievement).
Contoh kasus
: ketika ada suatu kelompok suku budaya yaitu budaya batak dan jawa yang
membedakan antara bahsa dan konotasi dalam pengucapan kalau jawa terkenal
dengan kelembutannya akan tetapi suku batak yang terkenal dengan suara keras
dan lantang ini terkadang menjadi suatu problem karna pada dasar nya
orang-orang di indonesia terlalu sensitif oleh karna itu dari kedua suku akan
menimbulkan konflik apabila ada suatu percakapan yang sebenernya biasa saja
tapi kalau ditanggapi dengan konotasi suara yang kencang akan menimbulkan
seperti suatu emosi dan dengan kelmbutan di anggap tidak keseriusan dan ini
dapat menjadi konflik antara suku-suku yang ada di indonesia.
c) Teori Pertukaran Sosial
Teori
pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai
satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan
di antara dua orang (dydic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk
kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut. Perumusan tersebut
mengasumsikan bahwa interaksi menusia melibatkan pertukaran barang dan jasa,
dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan
disajikan untuk mendapatkan respon dari individu-individu selama interaksi
sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka
interaksi kelompok akan diakhiri atau individu-individu yang terlibat akan
mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apa pun yang mereka cari.
Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena
kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan
imbalan.
Contoh Kasus : Hubungan suami istri melalui sebuah ikatan
pernikahan. Pola-pola perilaku dalam sebuah pernikahan, hanya akan langgeng
manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilaku
seseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan
bagi dirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut
tidak ditampilkan. Banyak perceraian diantara pasangan suami istri terjadi
karena salah satu di antara mereka merasa tidak terjadi kecocokan dengan
pasangannya serta merasa dirugikan dengan ikatan pernikahan tersebut. Fenomena
perceraian sangat sering kita saksikan melalui layar televisi, perceraian
selebritis. Bahkan buntut dari perceraian tersebut adalah sebuah pertikaian
dimana antara keduanya tidak ada yang mau mengalah. Yang awalnya mereka saling
mengumbar kasih sayang tetapi setelah bercerai malah saling melempar caci maki
dan kebencian. Sebuah ikatan antara suami istri dalam pernikahan
harusnya dipandang sebagai sebuah ikatan suci dan sakral. Sebelum membangun
komitmen dalam sebuah ikatan pernikahan seharusnya antara pria dan wanita harus
saling mengenal satu sama lain. Alangkah baiknya jika sebuah pernikahan
dilandasi oleh pemahaman agama yang baik. Dalam menjalani ikatan pernikahan
seharusnya suami istri selalu berkomunikasi secara intens dan terbuka satu sama
lain. Masing-masing pasangan juga harus saling memahami kelebihan dan kekurangan
yang dimiliki pasangannya. Ketika pasangan tidak mampu dalam suatu hal maka
alangkah bijaknya jika ia tidak menuntut hal tersebut diluar kesanggupan
pasangannya. Komitmen-komitmen seperti inilah yang harus dikedepankan agar
tidak terjadi perselisihan yang akan berakibat pada perceraian.
BAB III
PENUPUT
1. Simpulan
Banyak
sekali cara-cara yang dapat kita temukan dan terapkan dari hasil penelitian
banyak pakar komunikasi. Apa yang perlu kita perhatikan adalah kapan dan
bagaimana menerapkannya dalam kondisi yang sesuai dengan yang kita hadapi
sehari-hari. Menerapkannya pun bukan perkara yang mudah, banyak sekali
perbedaan yang menjadi penghalang untuk suatu teori itu diterapkan begitu saja.
Ada perbedaan kepribadian, kebiasaan, pendidikan, latar belakang bahkan
kebudayaan yang bisa secara signifikan menghambat usaha-usah konstruktif. Namun
semua itu adalah keterampilan yang terus menerus harus dikembangkan, karena
kita tahu bahwa keterampilan berkomunikasi itu adalah sesuatu yang dilatih
bukan dilahirkan begitu saja.
Dahulu,
orang-orang mempelajari komunikasi sebagai suatu proses tatap muka bahkan ada
waktu dan jarak yang menjadi kendala. Banyak peneliti mengemukakan cara-cara
efektif berkomunikasi pada tataran ini. Pada era komunikasi tanpa batas seperti
saat ini, channel lebih beragam lagi. Orang bisa berkomunikasi melalui
telekonferensi dalam berbagai keperluan bahkan tidak hanya untuk interpersonal,
kelompokpun bisa melakukannya.
Itulah dinamika komunikasi. Hingga kapanpun
fenomena-fenomena baru akan terus bermunculan. Sebuah jalan panjang yang akan
kita tempuh sembari terus mencari-cari cara yang terbaik untuk mengatasi semua
kelemahannya yang bergerak linier dengan kelebihannya.
DAFTAR PUSTAKA
West, Richard.
2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis
dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Hunaika.
Sarwona, Sarlito
Wirawan. 2005. Psikologi Sosial,
Psikologi Kelompok dan Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar