Sabtu, 25 Mei 2013

Oedipus complex


Kompleks Oedipus (Oedipus complex) dalam aliran psikoanalisis Sigmund Freud merujuk pada suatu tahapan perkembangan psikoseksual pada masa anak-anak saat anak dari kedua jenis kelamin menganggap ayah mereka sebagai musuh dan saingan dalam meraih cinta secara eksklusif dari ibunya. Nama ini diambil dari mitos Yunani tentang Oedipus, yang tanpa diketahui membunuh ayahnya, Laius, dan menikahi ibunya, Jocasta.
Pada masa selanjutnya, Freud sedikit mengubah pandangannya dengan mengatakan bahwa untuk anak laki-laki sudah ada sejarah identifikasi dengan ayahnya, yang tidak menyertakan persaingan dengannya. Lebih jauh, untuk anak perempuan Freud beranggapan bahwa hubungan dengan ibunya sebagai sangat penting untuk memahami perkembangan psikoseksualnya, yang mempengaruhinya dalam memasuki kompleks oedipus.
Menurut A. Kasandra, psikolog, kecenderungan pria yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua darinya, terobsesi karakter ibunya. Kemungkinan sejak kecil si pria tersebut memiliki kedekatan secara emosional terhadap figur seorang ibu. Sehingga, secara tak langsung, alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan sang bunda.

Oedipus complex adalah istilah dalam dunia psikologi (atau psikaiatri). terminologi itu diambil dari mitologi yunani yang terkenal, yaitu trilogi "Oedipus","Oedipus Rex" dan "Antigone" karya Sopokles. di babak pertama, muncul konflik ramalan yang mengatakan bahwa sang bayi akan membunuh ayahnya dan mengawini ibunya sendiri. Oleh karena itu, sang bayi, yaitu si oedipus, harus dibunuh. ternyata dia tidak dibunuh tetapi dibuang ke hutan oleh pesuruh kerajaan. Di babak kedua, ramalan tersebut terwujud. Oedipus membunuh ayahnya sendiri pada sebuah pertemuan di tengah jalan. Oedipus tidak tahu bahwa orang itu adalah ayahnya. lantas Oedipus juga berhasil membebaskan kerajaan yang dikutuk dan hadiahnya adalah menikahi sang permaisuri, yang adalah ibunya sendiri. sekali lagi .. Oedipus tidak tahu kalau dia itu ibunya. Di dalam dunia psikologi ada yang namanya masa dimana oedipus complex ini 'tumbuh' menjadi suatu karakter pada diri seseorang. Dan itu menurut Freud terjadi pada Fase Phallus, kepuasan fase ini berkaitan dengan phallus (phallus = sesuatu yang menonjol),anak memiliki dorongan seksual terhadap orangtua yang berlainan jenis dan ingin menyingkirkan terhadap orang tua yang sejenis, hal ini terjadi dibawah sadar.
Dari Psikoanalisis Freud, juga mengatakan kecenderungan pria yang jatuh cinta kepada wanita yang lebih tua darinya, terobsesi karakter ibunya. Kemungkinan sejak kecil si pria tersebut memiliki kedekatan secara emosional terhadap figur seorang ibu. Sehingga, secara tak langsung, alam bawah sadarnya merekam memori kasih sayang yang selama ini diberikan sang bunda. Dalam kasus Oedipus dan Sangkuriang, misalnya, mengapa Oedipus sempat menjadi suami perempuan yang sebenarnya ibunya sendiri, sedangkan Sangkuriang, menikah pun dengan Dayang Sumbi belum sempat? Tentu saja persoalnnya menjadi jelas jika kita menghubungkan kultur Sunda pada diri Sangkuriang dengan kultur Barat pada Oedipu. Sangat boleh jadi, Oedipus tidak mengenal Konsep “Anak Durhaka” dan “Surga berada di bawah telapak kaki Ibu.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar